Hambatan Dalam Menyimak
LAPORAN
TEORI MENYIMAK
(Hambatan
Dalam Menyimak)
Disusun
sebagai pemenuhan tugas matakuliah Menyimak
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
Hambatan- Hambatan Dalam Menyimak
A.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Henri Guntur Tarigan membagi tiga hal yang
mempengaruhi kegiatan menyimak seseorang, yaitu :
1.
Faktor
Pisik
2.
Faktor Psikologis
3.
Faktor Pengalaman (
1.
Faktor
Pisik
Faktor
pisik ialah kondisi jasmani penyimak pada waktu ia mengadakan kegiatan
menyimak. Kondisi
pisik menyimak terdiri dari dua hal, yaitu kondisi penyimak sangat baik (prima)
dan kondisi pisik menyimak sangat jelek. Adapun yang termasuk
kondisi pisik menyimak jelek ialah :
a. Penyimak
dalam keadaan sakit, sehingga ia tidak dapat menyimak dengan baik.
b. Alat
dengar penyimak terganggu atau rusak.
c. Kondisi
lingkungan penyimak kurang baik.
d. Alat
bantu menyimak tidak dapat berfungsi, sehingga penyimak mengalami kegagalan.
2.
Faktor
Psikologis
Faktor
psikologis adalah faktor yang berkaitan dengan gejala kejiwaan penyimak. Hal
ini dapat berupa :
a. Sikap
kurang simpatik dari penyimak.
b. Penyimak
memiliki sikap egosentris yang sangat tinggi.
c. Penyimak
berpandangan terlalu sempit terhadap permasalahan yang disimak.
d. Timbul
rasa kebosanan yang mendalam dari para penyimak.
e. Sikap
yang ditunjukkan penyimak kurang menghargai pembicara.
3.
Faktor
Pengalaman
Faktor
pengalaman ialah segala sesuatu yang pernah dialami penyimak sebelumnya.
Pengalaman yang banyak dan beragam akan memperkaya pada diri penyimak. Pengalaman
dalam menyimak berupa :
a. Ide
atau gagasan yang telah diperoleh sebelumnya.
b. Topik
atau pokok pembicaraan sebagai bahan simakan.
c. Ungkapan-ungkapan
atau idiom baru yang pernah dimiliki.
d. Istilah-istilah
baru dan istilah asing yang dimiliki.
e. Tehnik
menyimak efektif yang telah dimiliki penyimak.
f. Gaya
penyampaian dan gaya menyimak harus diselaraskan.
g. Cara
mengatasi ketegangan yang terjadi pada diri penyimak.
B.
Kebiasaan
Jelek dalam Menyimak
Ada
beberapa kebiasaan jelek dalam kegiatan menyimak.Kebiasaan tersebut ialah
sebagai berikut :
1.
Menyimak
melompat-melompat
Yaitu
kegiatan menyimak hanya bagian tertentu saja.
2.
Menyimak
hanya perlu data
Yaitu
kegiatan menyimak, yang para penyimak hanya menginginkan data. Sedangkan materi
yang lain tidak perlu.
3.
Bersifat
ketulian
Penyimak
jenis ini sebenarnya tidak tuli.Akan tetapi ia berbuat seperti orang tuli, dan
ia berpura-pura tidak mendengar suara pembicara. Biasanya penyimak jenis ini temasuk
memiliki perhatian ganda.
4.
Penyimak
supersensitif
Yaitu
para penyimak yang sangat peka perasaannya.
5.
Penyimak
menghindari hal sulit
Penyimak
tipe ini hanya mau menyimak hal-hal yang gampang saja. Ia tidak mau berfikir
yang sulit-sulit.
6.
Penyimak
menolak suatu objek
Penyimak merasa kurang cocok dengan objek yang
ditampilkan pembicara.
7.
Penyimak
selalu mengkritik pembicara
Penyimak
kurang menghargai penampilan pisik pembicara. Ia selalu mengkritik pribadi
pembicara.
8.
Perhatian
penyimak berpura-pura
Penyimak
kurang tertarik pada pembicara, karena sesuatu hal, maka ia lalu berpura-pura
menyimak.
9.
Penyimak
menyerah pada gangguan
Pada
penyimak tipe ini ia lebih tertarik kepada hal-hal di luar kegiatan menyimak.
10.
Menyimak
sambil menulis
Yaitu
kegiatan mencatat yang dilakukan pada saat ia sedang mendengarkan. Maka
kegiatan menyimak tidak sempurna.
C.
Hal
– hal lain yang menganggu
menyimak :
Beberapa
hal yang merupakan indikator penyebab kegagalan dalam menyimak, antara lain
1. Penyimak
dalam keadaan tergesa- gesa.
2. Penyimak
dalam keadaan capai atau payah.
3. Penyimak
dalam keadaan bingung, sehingga pikirannya kacau.
4. Pembicara
kurang ramah atau kurang simpati.
5. Terlalu
banyak pesan yang disampaikan kepada penyimak.
6. Pembicara
terlalu bersifat birokratis hal ini menimbulkan kejengkelan.
7. Penyimak
merasa selalu khawatir terhadap hal – hal yang baru dan menyulitkan.
D.
Tipe
Penyimak
Berikut
ini disampaikan beberapa tipe penyimak,
antara lain :
1.
Tipe
batu karang
Yaitu tipe penyimak yang mau menyimak , namun
tidak mau mencermati.
2.
Seniman ingatan
Yang dimaksud penyimak bertipe seniman ingatan
ialah penyimak yang tidak mau mendengarkan, karena ia telah mengetahui
permasalahan.
3.
Penyimak
egois
Yang dimaksud tipe penyimak egois aialah
penyimak yang merasa tak yakin apa
yang dikatakan pembicara.
4.
Penyimak
ambigu
Yang
dimaksud tipe penyimak ambigu ialah penyimak yang mudah tergoda oleh
gangguan dari luar.
5.
Penyimak
astetis
Yang
dimaksud tipe penyimak estetis ialah menyimak hanya untuk hiburan / kesenangan.
E.
Hambatan
pada Proses Menyimak
Yang
dimaksud proses
menyimak ialah proses memsukan ilmu pengetahuan/ informasi ke otak / sort term
memory dan long term memory. Yang dimaksud short term ialah ingatan jangka
pendek. Sedangkan yang dimaksud long term ialah ingatan jangka panjang.
Hambatan
yang terjadi pada proses memasukkan informasi ke short term memory dan long
term memory ialah sebagai berikut :
1. Kecilnya
daya tampung ingatan jangka pendek. Akibatnya banyak informasi yang diterima
telinga tumpah dan tidak bisa diserap oleh ingatan jangkah pendek.
2. Ingatan
jangka pendek mengalami kesuliatan dalam memproses lambang – lambang bunyi yang
diserap waktu menyimak. Hal ini disebabkan oleh :
a. Terlalu
banyak kosakata baru yang masuk.
b. Struktur
bahasa yang terserap berbekit – belit.
c. Terjadi
penyimpangan – penyimpangan pangan pola bahasa.
d. Penyimak
tidak memiliki latar belakang.
e. Yang
terserap ke ingatan jangka pendek bukan hal yang inti.
3. Ketika
sedang terjadi proses analisi dalam ingatan jangka pendek, tiba – tiba ingatan
jangka panjang mengirimkan kembali pengertian – pengertian yang sudah mapan
tersimpan.
4. Beberapa
lambang yang berbeda masuk bersama – sama terserap melalui telinga, atau
lambang – lambang tersebut terserap oleh indera lain selain telinga. Misalnya
indera visual, perasa, dan pencium.
5. Pengertian-pengertian
yang sudah tersimpan mapan terguncang labil. Artinya pengertian tersebut tidak mau damai dengan pengertian yang baru
masuk.
Hal ini disebabkan oleh :
a. Penyimak
memiliki sifat negatif terhadap
pengertian baru tersebut.
b. Sikap
yang ditunjukkkan penyimak bersifat apriori.
c. Penyimak
memiliki sikap berprasangka terhadap pembicara dan pengertian baru itu.
d. Penyimak
memiliki sikap apatis terhadap pengertian itu.
e. Penyimak
memiliki sikap antipati terhadap pembicara.
f. Penyimak
memiliki sikap agrosentris dan egoistis.
g. Penyimak
memiliki sikap tertutup terhadap pengertian itu.
6. Penyimak
menggunakan sarana pemproses yang tidak cocok dengan materi dan :
lambang yang diproses. Hal ini
terjadi karena :
a. Penyimak
datang terlambat.
b. Penyimak
tidak tahu arah dan tujuan pembicaraan.
c. Penyimak
tidak memiliki orientasi masalah yang sedang dibicarakan.
d. Penyimak
tidak mengetahui ujung pangkal pembicaraan.
e. Penyimak
tidak mengetahui materi yang sedang dibahas (Depdikbud, 1985:51).
Disamping
hambatan tersebut di atas sering di temukan pula hambatan lain yang
menggagalkan kegiatan menyimak. Hal ini di sebabkan oleh :
1. Sikap penyimak
2. Perhatian Penyimak
3.
Emosi
menyimak (Depdikbud,1985 : 55)
1. Sikap penyimak
Sikap
yang mengganggu dalam kegiatan menyimak ialah :
a. Menyimak
sambil membuat catatan .
b. Menyimak
dengan mencoba mengingat ingat sederetan fakta- fakta.
c. Penyimak
selalu bersikap meremehkan permasalahan.
2. Perhatian Menyimak
Perhatian
penyimak sering sekali tidak muncul karena :
a. Penyimak
tidak mau memperhatikan informasi yang sulit
b. Menyimak dengan perhatian yang mudah tergoda
c. Menyimak
dengan motivasi berpura-pura.
3.
Emosi
Menyimak
Emosi
penyimak jika tidak dikendalikan akan mengganggu kegiatan menyimak. Jika emosi
penyimak bersifat negatif akan terjadi :
a.
Menyimak dengan emosi
suka mengecam pembicara dan materi
b.
Menyimak dengan
berprasangka buruk kepala pembicara.
c.
Menyimak dengan materi
yang ter putus-putus dan melompat- lompat.
Dalam menyimak
kita mengalami banyak kendala, seperti diungkapkan Russel dan Black
(1990: 82-86) diantaranya :
1.
Keegosentrisan
Sifat
mementingkan diri sendiri (egois) mungkin saja merupakan cara hidup bagi
sebagian orang. Orang yang egois tidak akan bergaul dalam masyarakat dengan
baik. Dia lebih senang didengar oleh orang daripada mendengarkan pendapat orang
lain. Sifat seperti ini merupakan kendala dalam menyimak.
2.Keengganan ikut terlibat
Keengganan
menanggung resiko, jelas menghalangi kegiatan menyimak karena menyimak adalah
salah satu kegiatan yang mau tidak mau harus melibatkan diri dengan sang
pembicara. Bagaimana seseorang dapat menjadi penyimak yang baik kalau dia
enggan atau tidak mau melibatkan dirinya dengan pembicara dan para penyimak
lainnya. Keengganan ikut terlibat dengan orang lain memang merupakan suatu
kendala dalam kegiatan menyimak yang efektif.
3.Ketakutan akan perubahan
Perubahan
dapat saja terjadi, tetapi perubahan yang kita harapkan adalah perubahan yang
membawa keinginan. Orang yang takut akan perubahan, takkan bisa menjadi
penyimak yang efektif. Apabila ingin menjadi seorang penyimak yang baik, jangan
takut dan harus rela mengubah pendapat, bila perlu harus berani mengubah dan
menukar pendapat sendiri kalau memang ada pendapat atau gagasan partisipan
lainnya yang lebih unggul dan lebih dapat diandalkan. Orang yang takut akan
perubahan tidak akan dapat mengalami kemajuan, karena dia sendiri hidup dalam
suasana yang selalu berubah.
4.
Keinginan
menghindari pertanyaan
Malu bertanya,
sesat di jalan. Jika isi peribahasa ini kita pahami benar-benar, maka tidak
akan ada alas an bagi kita untuk menghindari atau tidak mau menjawab pertanyaan
orang lain. Dapat memberikan jawaban dan penjelasan atas pertanyaan orang lain,
berarti kita telah membantu dia. Keinginan menghindari pertanyaan, dengan alas
an takut nanti jawaban yang diberikan akan memalukan, jelas merupakan kendala
dalam kegiatan diskusi, kegiatan berbicara, dan kegiatan menyimak. Kondisi
internal ini harus diperbaiki kalau memang kita ingi menjadi penyimak yang
efektif.
5.
Puas
terhadap penampilan eksternal
Pada saat
kita mengemukakan suatu pendapat, kita melihat partisipan mengangguk-anggukkan
kepala sambil tersenyum. Kalau kita terus merasa puas dengan tanda simpatik dan
pengertian seperti itu, maka kita akan gagal menyimak lebih intensif lagi untuk
kalau pengertian itu memang benar-benar wajar. Orang yang cepat merasa puas
telah mengetahui maksud sang pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak
baik. Sifat lekas merasa puas terhadap penampilan eksternal, jelas merupakan
suatu kendala atau rintangan dalam kegiatan menyimak efektif.
6.
Pertimbangan
yang prematur
Kalau ada
sesuatau yang prematur, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar. Segala
sesuatu yang akan diutarakan para pembicara telah diketahui oleh penyimak yang
mempunyai pertimbangan dan keputusan yang prematur. Ini adalah contoh penyimak
yang jelek, dan sifat seperti ini justru menghalanginya untuk menjadi seorang
penyimak yang afektif.
7.
Kebingungan semantic
Suatu kata
tergantung kepada individu yang memakainya dalam situasi tertentu dan waktu
yang tertentu juga. Kalau seorang penyimak yang tidak memahami hal ini, maka
dia akan kebingungan dalam mengartikan kata-kata yang dipakai oleh sang
pembicara. Kebingungan semantik ini jelas merupakan kendala serius bagi seorang
penyimak. Bagaimana mungkin seseorang menyimak dengan baik, dapat menangkap,
menyerap, memahami, apalagi menguasai isi ujaran, kalau dia tidak memahami
makna kata-kata atau wacana yang dipergunakan oleh sang pembicara. Seseorang
yang ingin menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai kosa kata yang
memadai.
F.
Kendala-kendala
kognitif dalam menyimak
Dalam memahami isi pesan terdapat
rentetan peristiwapsikologis tertentu. Saat terjadi proses pemahaman, ada
hal-hal yang dapat mengganggu sehingga tidak bisa terjadi proses menyimak
dengan mulus dan baik. Akibatnya, penerimaan pesan saat menyimak tidak bisa
berhasil secara maksimal.
Ada hal yang dapat mengganggu proses
menyimak, yaitu (1) kecilnya daya tampung ingatan jangka pendek (IJD), (2) IJD
sulit memproses lambang bunyi yang terserap, (3) ingatan jangka panjang (IJJ)
menolak konsep baru yang masuk, (4) beberapa lambang lain masuk lewat indera
lain dan bertentangan dengan lambang yang masuk lewat indera pendengar, (5)
konsep atau pengertian yang ada pada IJJ tergoncang oleh konsep baru, (6)
menggunakan skemata yang tidak cocok.
a.
Daya
Tampung IJD Kecil
Kecilnya
daya tampung ingatan jangka pendek akan menghambat proses pemahaman pesan,
karena memori tidak bisa memproses pesan yang masuk. Kasus ini terjadi karen
penyimak, (a) pikirannya penuh masalah, (b)sedang memikirkan masalah lain saat
menyimak, dan (c) daya ingat lemah, misalnya karena lelah rohani.
b.
IJD
Sulit Memproses Lambang Bunyi yang Terserap
Kesulitan
IJD dalam memproses lambang bunyi yang terserap saat menyimak, kemungkinan di
sebabkan oleh (a) penyimak tidak menguasai bahasannya, (b) struktur penyampaian
pesan tidak teratur atau logikanya kacau, (c) bagian-bagian informasi ada yang
tidak terserap atau terdengar, dan (d) ada istilah khusus yang tidak dimengerti
penyimak.
c.
Ingatan
Jangka Panjang (IJJ) Menolak Konsep Baru yang Masuk
Penolakan
konsep baru terjadi karena IJJ menolak konsep yang datang dari IJD, dengan cara
mengirim konsep atau pengertian yang
telah ada pada IJJ, sehingga terjadi “perang konsep” di dala pikiran. Peristiwa
ini terjadi jika penyimak (a) tertutup terhadap pandangan baru, (b) sikap
egois, (c) konsep baru bertentangan dengan kepercayaan atau pandangan hidup
penyimak, dan (d) trauma terhadap konsep yang baru ada.
d.
Ada
Lambang Lain Masuk Lewat Indra selain Pendengaran Bertentangan
Beberapa
lambang lisan lain masuk indra lain sering masuk dan bertentangan dengan
lambang yang masuk lewat indra pendengar, sehingga mengganggu kosentrasi atau
perhatian. Kejadian itu misalnya saat menyimak , si penyimak (a) melihat gambar
atau kejadian yang isisnya tidak berhubungan dengan isi simakan, (b) terganggu
kegundahan atau pertengkaran, dan (c) menyimak sambil bermain-main dengan benda
yang mengasyikkan.
e.
Konsep
yang Ada pada IJJ Tergoncang oleh Konsep Baru
Sering
konsep atau pengertian yang ada pada IJJ tergoncang oleh pengertian yang baru
diterima oleh seseorang sehingga IJJ menjadi labil. Hal ini terjadi karena
penyimak (a) bingung menyikapi konsep baru, (b) tidak mampu menata informasi
baru dengan pengetahuan yang di senangi, (c) fanatik terhadap suatu konsep
saja, dan tidak mau mengakui keberadaan pengetahuan lain, dan (d) malas
belajar.
f.
Skema
Tidak Cocok
Menyimak
akan terhambat jika didalam otak tidak ada sejumlah pengetahuan (skemata)
tentang materi yang sedang disimak. Kondisi ini terjadi pada saat penyimak (a)
kecerdasannya terbatas, (b) tidak menguasai materi sama sekali, (c) datang
terlambat terlalu lama, sehingga informasi terpenggal-penggal, dan (d) tidak
mengetahui tema, topik, tujuan, dan perlunya kegiatan menyimak yang sedang di
lakukan.
G. Usaha Mengatasi
Hambatan
Ada
beberapa upaya untuk mengatasi hambatan dalam menyimak ,antara lain:
1. Menyatukan
pikiran dan perasaan terhadap permasalahan dalam pembicaraan.
2. Membuat
rangkuman berdasarkan ingatan sendiri.
3. Mempertimbangkan
fkta- fakta atau bukti- bukti yang telah di terima.
4. Menyimak
uraian berdasarkan kelompok gagasan (bukan perkata).
5. Hal
– hal penting tidak selalu pada kata akan tetapi bisa terjadi pada :
a. Lagu
Kalimat
b. Nada
suara
c. Volume
suara
d. Mimik
dan gerak tubuh
e. Para
linguistik yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sukatman.1998.Pengantar
Teori Menyimak dan Pengajarannya.Jember: Universitas Jember
Sriyono.2009.Keterampilan Menyimak.( file://referensi/menyimak/PRABAWA ARETA )
Sukatman,1998.Pengantar Teori Menyimak dan Pengajarannya.Jember:Universitas
Jember
Obyek yang disimak juga berpengaruh. Bila hal2 yang diminati biasanya lebih menyimak.
BalasHapus